Tentang Mimpi

Mungkin aku ada, mungkin pula tidak. Apa bedanya bila aku ada, namun tak seorangpun mengetahui dengan aku tak ada, namun semua orang mencari? Yang pasti, aku punya mimpi. Semua orang punya mimpi. Entah dalam tidur ataupun jaga. Namun mimpi adalah sesuatu yang tak terlihat. Hanya pemilik mimpi itu yang tahu. Karena itu, lewat blog ini, aku ingin mencoba memperlihatkan mimpi yang tak terlihat. Dengan mata, dengan hati dengan rasa...

Name:
Location: Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Beberapa orang menyebutku aneh, beberapa lagi mengatakan aku beda, ada juga yang bilang aku sensitif, ada juga yang mengemukakan bahwa aku pemarah, kadang juga mereka bilang aku plin plan, sisanya mengatakan bahwa aku orang baik yang bertanggung jawab. Namun menurutku semua itu tidak benar. Aku adalah aku. Hanya itu.

Tuesday, July 26, 2005

Renungan Rasa

Ada sepi menyapaku kala sendiri...
Sunyi.
Tak ada yang menyapahati,
Bahkan di kala ramai ku rasakan hening menemani,
Tak satu pun mengerti...

Aku ngeri...
Jam-jam terus berdetak tanpa henti,
Waktu terus menari,
Padahal aku ingin lari...
Dari detak detik, menit, jam,
Dari hari-hari...

Dari waktu pembentuk memori,
Dari masa yang lahirkan tawa riang dan tangis sedih...
Sebab ku rasakan jiwa tak mampu menahan lagi...
Rasa yang mengundang pedih datang bersama perih...
Namun tak mampu ku lawan,
Tak mampu ku lenyapkan,
Hanya bisa ditahan...

Ada hampa yang ku rindukan...
Dari sepi,
Dari tangis sedih yang warnai hari-hari...
Meski pedih, ku biarkan.
Biar sakit, ku acuhkan.
Meski jiwa merana,
Sepi tak mau tinggalkan hati,
Sampai mati...

Biarlah terus bersedih karena sedih itu ku nikmati,
Biarlah perih temani aku menanti,
Biar jiwa terluka...
Biarkan hati teteskan darah...
Karena sepi akan lebih dahsyat menghantam jika sakitnya hilang...
Hanya berharap waktu tak menghapus rasa itu terlalu cepat...

Monday, July 25, 2005

Menikmati Sakit

Rasa memberiku mimpi,
Tidak hanya dalam malam-malamku yang sepi,
Tetapi pun di tengah jagaku,
Membiarkanku jadikan ia tempat berlari,
Dari segala sakit di hati...

Jiwaku melahirkan tanya,
Tak pernah mampu dijawab logika,
Akhirnya ia membelah,
Cipta tanda tanya lainnya dengan berpisah,
Paksa akalku menyerah,
Tak kuasa menjawabnya...

Hari-hari menawariku perih,
Menyodorkanku senyum pedih,
Ketika sadar memberitahuku,
Tidak seorang pun pernah mengerti kataku,
Tak peduli berapa bahasa,
Isyarat purba,
Atau aksara,
Ku gunakan untuk menjelaskannya...

Ada sakit,
Terungkit,
Ada galau,
Hadirkan balau...
Namun ku biarkan ia,
Meski semakin terasa,
Ku nikmati sakit derita,
Karena hanya itu yang aku punya

Wednesday, July 20, 2005

Biar Jiwa yang Bicara

Tidak semua rasa mampu tergambar dalam bahasa,
Dalam intonasi tinggi rendah,
Dalam dinamika keras lemah,
Kadang tanpa kata kita bicara,
Lewat mata,
Lewat gerak sia-sia,
Lewat diam...
Tak perlu huruf a atau i,
Tak perlu bunyi,
Hanya perlu mengerti...
Cuma perlu jiwa dan hati,
Bicara dalam isyarat purba,
Dalam tanda-tanda yang diajarkan angin pada tanah,
Maka saat lisanmu tak mampu berkeluh kesah,
Biar jiwa yang bicara,
Dengan kosakata tanpa suara...
Biar hati yang memakna,
Tanpa perlu mengucap aksara...